Minggu, 20 Maret 2016

Penalaran Induktif : "Kegaduhan" Sepakbola Membawa Keberuntungan Indonesia di Mata Dunia

Kisruh Kemenpora versus PSSI belum juga menemui titik temu. sehingga mengundang “kuli tinta” bertubi-tubi memposting berbagai artikel “kegaduhan” sepakbola nasional, tidak tahu sampai kapan prahara nasional ini berujung damai.
Klaim “reformasi” sepakbola indonesia Menpora belum legowo melakukan pencabutan, kekalahan beruntun Kemenpora di meja hijau tidak menyurutkan niat Nahrawi mengajukan Peninjauan Kembali (PK) atas ditolaknya kasasi terhadap PSSI oleh Mahkamah Agung.
Kelihatan banget anak-anaknya bapak-bapak ini, dendam pribadi dibawa-bawa keranah politik mengatasnamakan“tranparansi” dari “mafia” bola. Saya setuju sepakbola direformasi demi perbaikan manajemen secara universal, paling tidak sepakbola harus bergulir dalam mewujudkan cita-cita mulia pak JOKOWI. Apa tidak letih mempersoalkan hal-hal yang seharusnya bisa dimediasi secara cerdas, tanpa harus merugikan pemain serta insan pecinta sepakbola.
Ditengah kisruh perbaikan sepakbola disegala lini, angin segar datang dari “si bulu angsa” yang lebih kita kenal dengan sebutan Bulutangkis. Ganda campuran Indonesia Praveen Jordan dan Debby Susanto berhasil keluar sebagai juara pertama pada ajang Bulutangkis All England setelah mengandaskan perlawanan sengit pasangan Denmark Joachim Fischer dan Cristinna Pederson dua game langsung 21-12 dan 21-17 pada final All England 2016 yang berlangsung di Barclaycard Arena Birmingham Inggris, Minggu (13/3/2016).
Keberuntungan juga datang dari balap F1, “wong solo” anak indonesia Rio Haryanto berhasil meraih mimpinya berpartisipasi menunggangi jet darat F1 di Autralia. Setidaknya andilnya Rio pada F1 putra dan putri indonesia tidak dipandang sebelah mata oleh bangsa eropa, asal jangan dipolitisir “pemerintahnya” dengan menjual nama baik Rio tentu perbuatan ini sangat menghina bangsa sendiri.
Sebagaimana kita ketahui bersama keikut-sertaan Rio mengaspal di sirkuit Albert Park Melbourne-Australia baru pertama kalinya penuh kendala salah satunya masalah “dana” yang sebelumnya sempat menghebohkan media sosial atas kebijakan tidak populer Menpora “meminta” pemotongan gaji PNS di Indonesia dan APBN serta sumbangan masyarakat untuk membantu pembalap Rio Haryanto di ajang Formula 1 besaran dana dibutuhkan senilai 15 juta euro (sekitar Rp226 miliar), bahkan Menpora sesumbar sudi melepas gaji demi mencukupi dana Rio. Layak kita tagih janji beliau untuk menyiarkan secara publik “pelepasan gaji” pada media cetak maupun online.
Sesi latihan bebas disekitar Sirkuit Albert Park sendiri dalam kondisi basah dikarenakan cuaca hujan dari semalam. Dampaknya Rio yang berada di tim Manor Racing sempat mengalami insiden tabrakan mobil dengan tim Haas, Romain Grosjeanm saat hendak keluar dari garasi. Keluar lintasan sirkuit diawal latihan beruntung Rio masih dapat melanjutkan sesi latihan.
Anak “emas” Menpora Rio Haryanto resmi dinyatakan bersalah setelah penagwas atau stewards Formula 1 membeberkan hasil investigasi terkait kecelakaan di pit lane saat akan melakukan sesi latihan bebas ketiga di Sirkuit Albert Park, Melbourne, Sabtu (19/3/2016). Dengan demikian, pembalap kelahiran Solo itu jadi pembalap pertama yang terkena penalti pada ajang balap jet darat musim ini.
Pemuda asal solo itu juga masih kalah cepat dari rekan satu timnya di Manor Racing, Paschal Wehrlein, yang mencatatkan waktu sekitar 1:40.401. Rio berada diurutan buncit dalam sesi ini, sementara pembalap Manor lainnya, Pascal Wehrlein, berada tepat diatas Rio. Sedangkan Grosjean yang sempat ditabrak Rio berada diurutan 19.

Tetap semangat Rio harumkan nama Indonesia dibawah kibaran bendera merah putih, meski hingga saat ini sepakbola tanah air sedang berpolemik. Jangan mau dipandang sebelah mata rengkuh juara pada ajang F1, mimpi sudah dalam genggamanmu cengkeram erat-erat sekokoh cengkeraman garuda, tunjukkan nyalimu tidak ekedar “pengobat duka”.

Daftar Pustaka :

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Muhammad Ahsan Fuady | Powered by Blogger