Jumat, 09 Januari 2015

Kasih Sayang Orang Tua


Dalam Al-Quran maupun Hadits, orang tua memiliki kewajiban untuk memberi nafkah dan pendidikan kepada anaknya, tidak ada kewajiban atau perintah yang dikhususkan untuk mencintai, menyayangi dan menghormati anak. Mengapa demikian? Sebab secara reflek dan alami, cinta dan kasih sayang orang tua akan datang dengan sendirinya tanpa diperintahkan, mereka memberikan rasa cinta kasih kepada anaknya tanpa mengharapkan balasan.
Seorang Ibu yang mengandung anaknya sembilan bulan bahkan lebih lama lagi, ia tidak akan pernah mengeluh, ia menerimanya dengan rela dan sukacita, walaupun memberikan dampak kepada bentuk tubuh yang menjadikannya tidak secantik seperti semula. Betapa susah payahnya ibu yang sedang hamil. Ia lemah lunglai tiada daya. Bahkan nyawanya pun diserahkannya disaat dia melahirkan.
Andaikan kita menghitung dan menilai, berapa banyakkah susu ibu yang telah kita isap dan berapakah harganya? Kita tidak akan bisa menghitung dan tidak bisa pula dibeli dengan materi. Walaupun demikian, seorang Ibu tidak akan pernah meminta kembali susu yang pernah diisap oleh anaknya. Kelak jika anaknya sudah dewasa, dengan segala sukacita Ibu akan merasa senang jika anaknya senang, dan juga sebaliknya Ibu akan merasakan lebih susah jika anaknya susah.
Sang Ayah pun demikian, walaupun tidak seperti Ibu yang mengandung anaknya, namun ayah juga akan merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan anaknya. Ia akan merasa senang jika anaknya menjadi orang kaya dan sukses walaupun dirinya miskin. Seorang ayah akan bangga bila anaknya menjadi seorang sarjana walau dia tidak pernah mengenyam pendidikan dibangku sekolah. Seorang ayah akan bangga bila anaknya menjadi pejabat walaupun dia hanya menjadi rakyat. Siang dan malam dilalui ayah untuk mencari nafkah demi anak dan istri. Tidak peduli dengan panas, hujan ataupun rasa lelah yang dialaminya demi menghidupi keluarga tercinta. Namun demikian ayah akan lebih merasa bangga jika anaknya menjadi anak yang saleh.
Kasih sayang orang tua tidak terbatas oleh waktu. Sebaliknya, kasih sayang seorang anak tidak akan pernah bisa menyamai besarnya kasih sayang mereka kepada anak-anaknya. Orang tua akan merasa cukup dihargai jika anaknya memiliki budi pekerti, tidak perlu balasan berupa materi. Tetapi, secara alami orang tua ingin dihargai dan dihormati oleh anaknya, semua itu bergantung kepada perilaku kita sekarang kepada orang tua kita.
Rasa cinta, kasih sayang, dan hormat kepada orang tua harus ditanamkan sejak dini. Mengajarkan dan mendidik anak dalam masalah akhlak merupakan hal yang tidak mudah. Memerlukan persiapan yang matang untuk melakukan semua itu, terlebih perkembangan zaman saat ini tidak kondusif dengan anak-anak. Nilai, etika dan moral kini semakin terasa tidak bermakna.
Agar kelak seorang anak memiliki akhlak yang baik, baik dalam perbuatan maupun perkataan, Rasulullah saw. bersabda yang artinya:
”Ajarkanlah kepada anak-anakmu tiga masalah; mencintai nabimu, mencintai keluarganya, dan membaca Al-Quran."( Riwayat Thabrani)
Belajar mencintai Rasulullah, yaitu dengan menceritakan kisah-kisa Nabi Muhammad, bagaimana beliau sangat mencintai kakek dan paman yang mengasuhnya, karena beliau telah ditinggalkan oleh ayahnya saat didalam kandungan dan ditinggal ibunya saat beliau berusia enam tahun. Dari sini anak-anak dapat membayangkan betapa Rasul akan lebih mencintai orang tuanya sendiri.
Mencintai keluarga Rasulullah saw. sangat berkaitan dengan mencintai beliau, karena keluarga beliau ialah kerabat yang ada hubungan nasab dengan beliau, sehingga mencintai keluarga merupakan manifestasi mencintai beliau sendiri.
Terakhir membaca Al-Quran, karena dengan membaca Al-Quran seorang anak akan terlatih kefasihan lidahnya, bahasanya, dan yang paling penting belajar mencintai kitab sucinya sendiri sehingga kelak tidak akan merasa asing, karena kitab sucinya akan menjadi pedoman hidup manusia sampai akhir masa.

Penyakit Diri


Manusia, tidak akan pernah luput dari yang namanya penyakit. Namun tidak semua manusia meyadari bahwa dirinya sedang dilanda penyakit, atau bahkan menyadari dirinya sakit tapi senang dengan penyakitnya itu, sengaja memelihara penyakit hanya untuk sekadar menyembunyikan diri dari tanggung jawab manusia sehat.
Rasulullah saw. telah menggolongkan penyakit rohani tersebut kedalam delapan golongan. Penyakit tersebut dapat mengganggu ketenangan dan dapat berakibat buruk dalam kehidupan manusia. Kedelapat penyakit tersebut ialah:
1. Sikap bimbang dan ragu yang selalu mencekam diri, selalu merasa terancam bahaya padahal bahaya tersebut tidak ada. Selalu merasa cemas dan khawatir dengan semua tindakan yang akan dilakukan, takut jika tidakan tersebut akan mengalami kegagalan atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
2.  Bermuram durja dan berduka cita akibat terkena musibah. Yang dimaksud disini ialah kesedihan yang berlarut-larut dan berkepanjangan. Manusia seharusnya berlapang dada dalam menghadapi segala rintangan serta menerima hidup sebagai kenyataan yang dihadapi.
3. Lemah atau tidak mempunyai gairah hidup, tidak memiliki inisiatif dan kreatif, tidak dapat melewati hambatan-hambatan yang kecil. Orang seperti ini akan menyusahkan dan menjadi beban bagi orang lainnya.
4. Malas, merupakan penyakit yang paling sering menggerogoti diri manusia. Orang malas akan menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
5. Sikap pengecut, tidak berani mengambil suatu tindakan karena takut akan resiko yang kemudian timbul. Manusia seperti ini tidak memiliki harga diri dan naluri membela diri.
6. Kikir, berarti menahan sesuatu yang berlebih bagi diri sendiri, yang seharusnya diberikan kepada yang lebih membutuhkan daripada dirinya. Kekikiran ini menyangkut harta, tenaga, maupun kepandaian.
7. Lilitan hutang akibat hidup yang tidak seimbang. Orang ini cenderung berperilaku konsumtif sehingga tidak memikirkan apa yang akan terjadi jika tidak dapat melunasi hutang-hutang tersebut. Yang menyedihkan dari penyakit ini ialah, orang yang hidup dalam lilitan hutang malah justru merasa senang dan tenang hidup diatas timbunan harta orang lain.

8. Paksaan atau intimidasi orang, baik secara terang-terangan atau tersembunyi. Dirinya dikuasai oleh orang lain, tidak tergerak untuk mewujudkan hasrat dan minat dirinya. Hidupnya selalu bergantung pada keinginan penguasanya, dan taku jika suatu saat nanti akan ditinggalkan oleh penguasa tersebut.

Ciri-Ciri Seorang Muslim


“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka; kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka bekas sujud.”(Q.S Al-Fath: 29)
Berdasarkan terjemahan Q.S Al-Fath ayat 29 diatas, ciri-ciri seorang muslim yang mengikuti jejak Rasulullah itu antara lain:
1. Memiliki akidah yang kuat yang dibuktikan dengan perbuatan, bersikap teguh dalam menentukan halal dan haram, benar atau salah. Seorang muslim harus menampakkan akidah dan keyakinan kepada siapapun, harus merasa bangga sebagai seorang muslim, jangan sebaliknya, merasa malu memperlihatkan identitas diri sebagai seorang muslim.
2. Memelihara kasih sayang antar sesama muslim, dalam arti saling menolong, saling membantu dalam hal kebaikan, baik berupa materi maupun ucapan atau perbuatan.
3. Senantiasa rukuk dan sujud. Maksudnya ialah senantiasa mendirikan sholat lima waktu sehari semalam. Sholat yang benar-benar memenuhi syarat dan rukunnya akan dapat mencegah kita melakukan perbuatan keji dan mungkar.
4. Senantiasa mengharapkan keutamaan dan rida Allah swt. Disetiap melakukan amalan atau ibadah sebaiknya seorang muslim memelihara niat dengan mengharapkan keutamaan dan keridaan Allah swt. oleh sebab itu seorang muslim harus mengerjakannya dengan didasari keikhlasan.
5. Terlihat dari bekas sujudnya. Maksudnya ialah bekas sujud yang didapatkan oleh orang-orang yang benar-benar melaksanakan sujud kepada Allah swt. Orang yang melaksanakan sholat lima waktu yang disertai dengan sunah-sunahnya tentu akan terlihat berbeda dengan orang-orang yang tidak pernah melakukannya. Perbedaan akan terlihat pada raut mukanya yang senantiasa bersih dan bercahaya. Orang-orang tersebut kelak di akhirat wajah mereka bercahaya dan berwibawa sehingga mereka disebut “Ghuran muhajalin”. Sebaliknya orang-orang yang tidak pernah melaksanakan sholat, walaupun wajahnya dihiasi make up yang serba indah, wajahnya akan tetap kusut dan pandangannya menatap masa depan yang gelap. Keindahan yang terlahir karena ibadah akan mewujudkan keindahan lahir batin yang kekal.


Tanggung Jawab Seorang Mukmin



Segenap manusia di muka bumi ini telah diberikan kesempurnaan oleh Allah, telah diberi pancaindera yang lengkap melebihi makhluk-makhluk yang lainnya, terutama akal pikiran dan hati. Oleh sebab itu, kehadiran manusia di alam dunia ini bukan tanpa maksud dan tujuan, tetapi disertai dengan beban tanggung jawab dalam melaksanakan amanah Allah swt.
Semua orang mukmin yang beriman pasti yakin dan mengetahui bahwa Allah menciptakan manusia itu dengan maksud dan tujuan yang disertai dengan tugas dan tanggung jawab. Terdapat dua tugas dan tanggung jawab seorang mukmin yang paling utama, yaitu:
1. Tugas dan tanggung jawab sebagai khalifah (wakil Allah di muka bumi) yaitu manusia dituntut agar dapat memanfaatkan bumi sebagai sumber daya alam yang harus diolah dan digali demi kepentingan seluruh umat manusia dan juga memanfaatkan manusia sebagai sumber daya insani dalam arti yang lebih luas.
2. Tugas dan tanggung jawab sebagai pengemban amanah dari Allah swt.
Ada beberapa kegiatan yang perlu dipelihara dan diperhatikan dalam kehidupan didunia ini. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
1. Saling mengenal dengan sesama manusia, maksudnya ialah saling mengenal yang tidak terhalang karena berbeda keturunan, berbeda pangkat dan kedudukan, berbeda status, berbeda kekayaan dan berbeda bangsa.
2. Bergotong royong saling membantu demi kepentingan umum, maksudnya ialah kita sebagai seorang manusia (makhluk sosial) diharuskan untuk saling bekerja sama dan tolong-menolong dalam mengerjakan kebaikan dan kita dilarang untuk tolong-menolong dalam hal berbuat dosa dan pelanggaran.
3. Memelihara tali persatuan dan persaudaraan, yang dimaksud dengan bersatu disini ialah bersatu dalam agama Allah dengan didasari keikhlasan karena Allah. “Bersatu” ibarat satu tubuh yang jika salah satu anggota tubuh saja yang terkena penyakit maka anggota tubuh yang lainnya akan merasakan sakit.
4. Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, seorang muslim diwajibkan untuk berlomba-lomba dalam hal kebaikan dan sangat dilarang mengerjakan suatu kejelekan.
5. Bekerja sama dengan semua pihak, seperti halnya para ulama yang mau memanfaatkan dan mengamalkan ilmunya, para pemimpin yang berlaku adil dalam melaksanakan tugasnya, yang kaya mau mengeluarkan zakat dan menafkahkan hartanya, yang miskin benar-benar membantu dan mendoakannya.

Kamis, 08 Januari 2015

Umat Islam Indonesia Harus Memiliki Kepribadian



Sekitar abad ke-7 atau ke-8 yang lalu Islam telah masuk ke Indonesia, bahkan di Sumatera Utara pada abad ke-13 telah berdiri kerajaan Islam yang kuat. Pada abad ke-15 Islam menyebar ke daerah Maluku dan di seluruh Pulau Jawa. Pada abad ke-17 Islam mulai menyebar keseluruh Nusantara, dari Sabang hingga Merauke. Sampai saat ini di Indonesia, umat Islam adalah umat yang mayoritas yaitu sekitar 85% dari seluruh penduduk di Indonesia.
Negara Indonesia yang sekarang berdiri megah ini bukan karena hasil dari penjajahan kolonial Belanda, tetapi merupakan negara yang didirikan oleh semangat dan perjuangan bangsan Indonesia itu sendiri. Berdiri melalui proklamasi dan tekat yang kuat seluruh bangsa yang didasarkan kepada UUD 1945 dan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pancasila).
Pada abad ini, abad ke-20 merupakan era modern. Namun yang disebut dengan modern bukan berarti hidup seperti orang Barat, tetapi memiliki mental yang lebih maju dan memiliki harga diri yang lebih utama. Kaum Muslimin di Indonesia harus terus berusaha meningkatkan diri selaras dengan kemajuan zaman dan tidak terbawa arus serta tetap teguh memperlihatkan diri sebagai seorang muslim.
“Dan Dialah yang menjadikanmu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-An’aam: 165)
Sebagai seorang khalifah (wakil Allah) di muka bumi ini, umat Islam jangan sampai tertinggal oleh orang Barat. Walaupun menuruti tata cara orang Barat, umat Islam harus memiliki jati diri yang lebih baik.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.”(Q.S Al-Hujurat: 15)
“Katakanlah (kepada mereka), “Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu.” (Q.S Al-Hujurat: 16)
Dalam kehidupan modern ini, umat Islam tidak perlu menanggalkan agama, bahkan agama itu harus menjadikan seorang muslim menjadi modern, sebagaimana yang telah digambarkan didalam Al-Quran mengenai sifat-sifat seorang mukmin, yaitu:

1.       Bersih diri
2.       Taat beribadah
3.       Banyak bersyukur
4.       Berjuang untuk mencapai kemajuan
5.       Melaksanakan rukuk dan sujud (sholat)
6.       Menegakkan kebenaran
7.       Senantiasa mencegah kemungkaran
8.       Menjadi penegak keadilan

Dengan demikian, umat Islam di Indonesia harus menjadi umat yang taat kepada ajaran agama dan menjadi umat modern yang berkepribadian Indonesia, sehingga umat Islam dapat meningkat dan secara pembangunan nasional dapat dicapai dengan hasil yang membanggakan.

Copyright © Muhammad Ahsan Fuady | Powered by Blogger