Minggu, 20 Maret 2016

Penalaran Deduktif : Lawan yang Pas buat Ahok

Pasca mundurnya Ridwan Kamil dari bursa calon Gubernur DKI 2017 membuat Ahok tak punya tandingan untuk kembali menduduki kursi DKI-1. Kang Emil panggilan akrab Ridwan Kamil dianggap calon kuat yang bisa menandingi Ahok, baik dari segi kualitas dan popularitas. Ruhut Sitompul pun, Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat secara pribadi blak-blakan mengatakan, "Siapa pun tidak ada yang bisa lawan Ahok ... " (Kompas.com - Ruhut: Siapa Pun Tidak Ada yang Bisa Lawan Ahok). Lantas, siapakah yang pantas atau pas melawan Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama untuk menduduki kursi Gubernur DKI 2017 itu?
Untuk mencari lawan tanding Ahok, partai politik itu harus mempelajari gaya kepemimpinan Ahok selama ini. Model atau gaya kepemimpinan Ahok memang banyak yang tak suka.
Ahok itu blak-blakan, kasar, berani melawan siapa saja yang bertentangan dengan kebijakannya termasuk partai pengusungnya sendiri - Gerindra. Ahok tak mau diajak kompromi untuk mainin anggaran. Itu sebabnya Ahok lebih suka menggunakan e-Budgeting biar orang-orang tak leluasa lagi nilep anggaran. Kasus UPS menjadi bukti kalau selama ini anggaran DKI suka dimainkan. Bayangkan, selama bertahun-tahun sudah berapa rupiah yang ditilep. Seandainya e-Budgeting dilakukan sejak lama, Jakarta bisa seperti Singapore, punya MRT, LRT, bis umum mewah, dan taman-taman yang indah.
Kalau sekarang Ahok banyak musuhnya, itu hal yang wajar. Saya yakin, musuh-musuhnya itu adalah orang-orang yang suka mainin anggaran, yang merasa terganggu dan kehilangan remah-remah anggaran. Sekian tahun mereka bergelimang uang anggaran, tiba-tiba lenyap begitu saja.
Kalijodo dieksekusi oleh Ahok yang katanya selama ini tak tersentuh aparat. Ini menjadikannya seorang eksekutor yang baik, setiap kebijakan yang dikeluarkannya langsung dieksekusi tanpa banyak cerita dan kompromi. 
Dia juga tak segan-segan memarahi dan memecat pejabat-pejabat dinas DKI yang lambat dan tak becus kerja. Meski banyak yang tak suka dengan cara-cara Ahok itu, tapi hasilnya langsung terlihat di lapangan.
Gaya kepemimpinan Ahok memang bertolak belakang dengan gaya-gaya kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, yang lebih flamboyan, santun, bisa diajak kompromi, dan tak blak-blakan. Gaya kepemimpinan flamboyan ini memang membuat banyak pihak yang jatuh cinta, namun hasil kepemimpinan mereka bisa dilihat, DKI Jakarta tak menjadi lebih bagus kalau dibanding dengan Kuala Lumpur maupun Singapore, banjir dari tahun ke tahun terus menghantui di sebagian besar wilayah Jakarta, tanah milik pemerintah DKI atau tanah negara banyak diduduki oleh para pendatang dari daerah dan dibiarkan selama bertahun-tahun, kemacetan yang tak berkurang dari tahun ke tahun, hingga masalah transportasi yang buruk.
Pada masa kepemimpinannya, segala kendala yang dihadapi di masa lalu sudah dituntaskan. Birokrasi yang ruwet seperti pembuatan Kartu Keluarga, KTP, Akta Kelahiran, dan urusan administrasi kependudukan lainnya dipangkas oleh Ahok menjadi lebih sederhana. Tak ada lagi uang siluman untuk urusan tetek bengek administrasi kependudukan tersebut. 
Sekolah-sekolah negeri di DKI yang melakukan pungutan-pungutan liar tak terdengar lagi kini. Ahok juga membagikan KJP atau Kartu Jakarta Pintar untuk siswa-siswa tak mampu. Setiap bulan mereka mendapatkan 500 ribu untuk biaya pendidikannya. Bahkan katanya mereka juga akan dibiayai hingga perguruan tinggi.
Manajemen Trans Jakarta (busway) dibenahi dengan benar. Bus-bus Trans yang tak layak angkut diganti dengan bus buatan Eropa, bukan buatan Cina lagi. Metromini yang bermasalah sejak dulu dibabat habis oleh Ahok, izin trayeknya dibekukan karena selalu membahayakan penumpang dan pengguna jalan lainnya, serta banyak yang tak layak jalan. Masalah-masalah transportasi umum seperti itu sudah dibenahi Ahok hingga ke akarnya.
Banjir juga mulai bisa diatasi sejak kepemimpinan Ahok, semua bantaran kali yang dijadikan pemukiman liar dibersihkan. Hasilnya, beberapa hari kemarin diguyur hujan terus menerus, wilayah langganan banjir di Jakarta seperti Kampung Melayu, Manggarai, dan Tebet tak terdengar lagi beritanya. Terakhir, pembersihan Kalijodo, wilayah yang tak tersentuh oleh aparat di masa lalu, di tangan Ahok berhasil dengan gemilang. Wilayah jalur hijau tersebut bakal di bangun fasilitas umum seperti taman dan tempat olahraga. 
Mulai masalah lampu jalan yang mati, jalan berlubang, masalah sampah, hingga masalah pendidikan bisa langsung ditanggapi oleh Ahok tanpa harus menunggu berbulan-bulan. Dengan cara curhat masalah Jakarta lewat nomor telepon selular Ahok. Bahkan penduduk Jakarta yang cuma punya tanah dan bangunan tak lebih dari 100 meter persegi bisa tersenyum lega sekarang, karena mereka tak perlu bayar pajak.

Partai politik harus mencari sosok yang berani kayak Ahok, yang tak ingin kaya karna jabatan, tak doyan suap, tak doyan uang, tak mau kompromi dengan partai yang culas, tak mau diajak kolusi, berani memecat bawahannya yang tak becus meski itu teman sendiri, dan selalu berpusat pada kepentingan rakyat bukan partai atau kroni-kroninya. Kalau ingin mengalahkan Ahok, Tipe pemimpin seperti itu yang pas memimpin Jakarta yang buas.

Daftar Pustaka :

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Muhammad Ahsan Fuady | Powered by Blogger